Senin, 27 November 2017

PELAJARAN BERHARGA UNTUK WALI MURID

Hakim itu mengejutkan semua orang di ruang sidang, beliau membebaskan terdakwa, kemudian meninggalkan tempat duduknya lalu turun untuk mencium tangan terdakwa.


Terdakwa yang seorang guru SD itu juga terkejut dengan tindakan hakim. Namun sebelum berlarut-larut keterkejutan itu, sang hakim mengatakan, " Inilah balasan yang harus kulakukan sebagai rasa terimakasihku kepadamu, Guru."

Rupanya, terdakwa itu adalah gurunya sewaktu SD dan hingga kini ia masih mengajar di SD itu juga. Ia menjadi terdakwa setelah dilaporkan oleh salah seorang wali murid, gara-gara ia memukul salah seorang siswanya. Ia tak lagi mengenali muridnya itu yang sekarang menjadi hakim, namun sang hakim tahu persis bahwa pria tua yang duduk di kursi pesakitan itu adalah gurunya terdahulu.

Hakim yang dulu menjadi murid dari guru tersebut mengerti benar, pukulan dari guru itu bukanlah kekerasan. Pukulan itu tidak menyebabkan sakit dan tidak melukai. Hanya sebuah pukulan ringan untuk membuat murid-murid mengerti akhlak dan menjadi lebih disiplin.
Pukulan seperti itulah yang mengantarnya menjadi hakim seperti sekarang.

Dulu, saat kita "nakal" atau tidak disiplin, guru biasa menghukum kita. Bahkan mungkin pernah "memukul" kita.
Saat kita mengadu kepada orangtua, mereka lalu menasehati agar kita berubah. Hampir tidak ada orang tua yang menyalahkan guru karena mereka percaya, itu adalah bagian dari proses pendidikan yang harus kita jalani.
Buahnya....kita menjadi mengerti sopan santun, memahami adab, dan menjadi lebih disiplin. Kita tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang hormat kepada guru dan orang tua.